Rabu, 11 September 2013

Otto Djaya ( Old Master ), judul : Wanita, size 70 x 60 cm, harga Rp. 6.000.000,-

Otto Djaya ( Old Master ), judul : Wanita, size 70 x 60 cm, harga Rp. 6.000.000,-

OTTO DJAYA OLD MASTER, PELUKIS YANG KARYA KARYANYA DI KOLEKSI HAMPIR SEMUA ORANG YANG MENGAKU DIRINYA KOLEKTOR LUKISAN.
Pelukis
Otto Djaya
Lahir Rangkasbitung, Banten, 6 Oktober 1916. Pada saat pendudukan Jepang di Indonesia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) dengan pangkat Chudancho. Ketika mas perang telah selesai, Otto Djaya lebih memilih menekuni menekuni dunia seni rupa sebagai pilihan dan meninggalkan militer dengan pangkat terakhir mayor.
Bergabung dengan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), kumpulan para pelukis yang berdiri tahun 1937, kelompok ini nyaring berbunyi lewat ketokohan S. Sudjojono yang menjabat sekretaris, yang dengan lantang menyodorkan gagasan dan pikirannya lewat tulisan-tulisannya yang tajam, sinis dan keras, tetapi Otto Djaya, berperan memberi kontribusi pada kumpulan ini. Dikirim oleh PERSAGI belajar ke Rijks Academie van Beeldende Kunsten serta ikut kuliah di Gemeentelijk Universiteit di Amsterdam selama tiga setengah tahun untuk penjajakan kemungkinan berpameran dan mencari peluang ekonomi. Ia juga mendapat kesempatan berkunjung ke Belgia, Perancis, Italia dan Swiss.

 
Adik dari pelukis Agus Djaya ini pernah menjabat sebagai Pimpinan pada Bagian Seni pada suatu Pusat Kebudayaan di Jakarta. Pernah mengikuti pameran Exposition le Grand Prix de Peinture en Monaco di Monte Carlo dan Pameran Biennialle di Sao Paolo, Brazil. Selain itu, ia juga menyelenggarakan pameran tunggalnya di Jakarta dan sering ambil bagian dalam pameran bersama di Jakarta dan Melbourne, Australia.
Tema-tema lain yang digarap banyak berisi sindiran tentang kemunafikan lingkungan sosial. Tema-tema demikian bisa dilihat pada karyanya tentang suasana resepsi, suasana pasar kain batik, atau juga pada adegan-adegan praktek perdukunan. Sebagai tekanan untuk menampilkan humor dan satire tersebut, pelukis ini biasanya menggunakan tokoh-tokoh Punokawan dari dunia pewayangan dan legenda-legenda tradisional. Walaupun Otto Djaja mengungkapkan tentang sisi gelap hubungan manusia, namun karena tema itu diolah dengan humor dan warna-warna yang meriah, maka lukisannya selalu menghadirkan suasana yang hangat. Warna jingga, merah, hijau, kining mendominasi suasana keseluruhan karyanya
Pelukis yang dalam setiap karyanya muncul dalam komposisi dinamis, bergerak, meriah ini wafat pada 23 Juni 2002, di rumahnya di Depok karena sakit stroke, ddimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Meninggalkan empat putra, delapan cucu, dan dua cicit, serta puluhan lukisan yang tersimpan di studionya di Palakali 45, Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat.
 ( di sadur dari tamanIsmailmarzuki.com )
Contact :  lelangnego@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar