Otto Djaya ( Old Master ), judul : Wanita, size 70 x 60 cm, harga Rp. 6.000.000,-
OTTO DJAYA OLD MASTER, PELUKIS YANG KARYA KARYANYA DI KOLEKSI HAMPIR SEMUA ORANG YANG MENGAKU DIRINYA KOLEKTOR LUKISAN.
Pelukis
Otto Djaya
Lahir Rangkasbitung, Banten, 6 Oktober 1916. Pada saat
pendudukan Jepang di Indonesia
bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) dengan pangkat Chudancho.
Ketika mas perang telah selesai, Otto Djaya lebih memilih menekuni menekuni
dunia seni rupa sebagai pilihan dan meninggalkan militer dengan pangkat
terakhir mayor.
Bergabung dengan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia),
kumpulan para pelukis yang berdiri tahun 1937, kelompok ini nyaring berbunyi
lewat ketokohan S. Sudjojono yang menjabat sekretaris, yang dengan lantang
menyodorkan gagasan dan pikirannya lewat tulisan-tulisannya yang tajam, sinis
dan keras, tetapi Otto Djaya, berperan memberi kontribusi pada kumpulan ini.
Dikirim oleh PERSAGI belajar ke Rijks Academie van Beeldende Kunsten serta
ikut kuliah di Gemeentelijk Universiteit di Amsterdam selama tiga setengah
tahun untuk penjajakan kemungkinan berpameran dan mencari peluang ekonomi. Ia
juga mendapat kesempatan berkunjung ke Belgia, Perancis, Italia dan Swiss.
Adik dari pelukis Agus Djaya ini pernah menjabat sebagai
Pimpinan pada Bagian Seni pada suatu Pusat Kebudayaan di Jakarta. Pernah
mengikuti pameran Exposition le Grand Prix de Peinture en Monaco di Monte Carlo dan Pameran Biennialle
di Sao Paolo, Brazil.
Selain itu, ia juga menyelenggarakan pameran tunggalnya di Jakarta
dan sering ambil bagian dalam pameran bersama di Jakarta
dan Melbourne, Australia.
|
Tema-tema lain yang digarap banyak berisi sindiran tentang
kemunafikan lingkungan sosial. Tema-tema demikian bisa dilihat pada karyanya
tentang suasana resepsi, suasana pasar kain batik, atau juga pada
adegan-adegan praktek perdukunan. Sebagai tekanan untuk menampilkan humor dan
satire tersebut, pelukis ini biasanya menggunakan tokoh-tokoh Punokawan dari
dunia pewayangan dan legenda-legenda tradisional. Walaupun Otto Djaja
mengungkapkan tentang sisi gelap hubungan manusia, namun karena tema itu
diolah dengan humor dan warna-warna yang meriah, maka lukisannya selalu
menghadirkan suasana yang hangat. Warna jingga, merah, hijau, kining
mendominasi suasana keseluruhan karyanya
Pelukis yang dalam setiap karyanya muncul dalam komposisi
dinamis, bergerak, meriah ini wafat pada 23 Juni 2002, di rumahnya di Depok
karena sakit stroke, ddimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir, Jakarta
Selatan. Meninggalkan empat putra, delapan cucu, dan dua cicit, serta puluhan
lukisan yang tersimpan di studionya di Palakali 45, Tanah Baru, Beji, Depok,
Jawa Barat.
( di sadur dari tamanIsmailmarzuki.com )
Contact : lelangnego@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar